Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Riwayat Raden Aria Wangsakara dan Tigaraksa - Sejarah tangereng Bagian 3

Riwayat Raden Aria Wangsakara & Tigaraksa - Sejarah tangereng Bagian 3, Tangerang Setelah Pajajaran Bubar - Sejarah Tangerang Bagian 2, Asal Kata Nama Tangerang - Sejarah Tangerang Bagian 1, Jatidiri Urang Tangerang, asal usul nama tangerang, sejarah kota tangerang pdf, slogan kota tangerang, ciri khas kota tangerang, julukan kota tangerang, ibu kota tangerang, apakah tangerang termasuk jakarta selatan, perbedaan kota tangerang masa lalu dan masa kini.
Riwayat Raden Aria Wangsakara & Tigaraksa - Sejarah tangereng Bagian 3

Riwayat Raden Aria Wangsakara dan Tigaraksa - Sejarah tangereng Bagian 3. Hampir 40 tahun sejak Pajajaran bubar. Di timur Kerajaan Mataram telah menjadi kerajaan besar menggantikan Majapahit dan berambisi menguasai seluruh Jawa dan Sunda serta Banten.

Wilayah yang belum dikuasainya tinggal Kerajaan Sunda Sumedang, Cirebon dan Banten. Tahun 1610 Raja Sumedang Prabu Geusan Ulun (Angka Wijaya) wafat dan digantikan puteranya dari istri bernama Ratu Harisbaya yaitu Aria Soeriadiwangsa I (Rangga Gempol/Pangeran Dipati Rangga Gempol Kusumadinata). 

Menyadari Kerajaan Sumedang telah lemah akibat kerajaan-kerajaan bawahannya di tanah Sunda banyak melepaskan diri, Aria Soeriadiwangsa memilih tunduk pada Mataram.

Sayangnya, setelah berhasil menjalankan tugas dari Mataram menundukan Madura dengan cara kekeluargaan, Rangga Gempol alias Soeriadiwangsa I dikabarkan meninggal di Mataram tanpa penjelasan. Sementara ancaman hukuman dari Mataram bagi semua pemuda Sumedang yang menolak perintah dan menentang politik Mataram semakin keras.

Keadaan ini membakar hati para Pangeran Kerajaan Sumedang yaitu:

  1. Rd. Kartajiwa alias Soeriadiwangsa II  (Putera Soeriadiwangsa I dengan Ratu Widari/cucu Maulana Yusuf Banten/cicit Maulana Hasanudin Banten).
  2. Rd. Aria Wangsakara alias Wiraraja II (Putera Pangeran Lemah Beurem alias Wiraraja I dengan Dewi Cipta/Nyimas Cipta anak Rd. Kidang Palakaran putera Prabu Pucuk Umun Banten).
  3. Rd. Aria Santika alias Aria Jayasantika alias Demang Tisnajaya (Putera Nyimas Nurteja dengan ayah Jaka Lelana cucu dari Prabu Pucuk Umun Banten).

Ketika pada tahun 1628 Mataram memerintahkan kepada pasukan Sumedang agar bergabung bersama pasukan Mataram melakukan penyerbuan ke Pelabuhan Sunda Kelapa (Batavia) dalam misi penyerangan ke Banten yang dipimpin Dipati Ukur, ketiga Pangeran bersama rombongan memilih bergabung dengan Banten dan langsung bergerak menuju Banten.

Kedatangan mereka diterima baik oleh Raja Banten kala itu Pangeran Ratu Ing Banten Abul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir (kelak disebut Shulthan Abul Mafakhir) yang tak lain adalah paman mereka sendiri dari garis nenek.

Ketiga Pangeran dari Sumedang bersama rombongannya inilah yang menjadi cikal bakal orang Tangerang, anak cucu keturunannya hingga saat ini. Setelah dilantik menjadi Wawakil Kebantenan Ing Parahiyang oleh Keshulthanan Banten pada Rabu Pon tanggal 28 Rabiul Awal 1042 H atau tanggal 13 Oktober 1632 di Kadu Agung Tigaraksa (sekarang), ketiganya menurunkan keturunan-keturunan yang kemudian saling menikah, bercampur bersilangan dengan sesama keturunan Sunda dan keturunan Keshulthanan Banten.

Hingga saat ini di hampir seluruh kita orang Tangerang mengalir darah Sunda dan darah Keshulthanan Banten serta kerajaan lainnya seperti Madura, Demak dan juga Mataram, karena nenek ketiga pangeran yaitu Ratu Harisbaya berdarah bangsawan Madura dan kerajaan lainnya. Insya Allah.

Peran ketiganya sangat besar dalam mengelola wilayah hingga menjadikan Tangerang sebagai garis terdepan menjaga (meraksa/ngaraksa) Keshulthanan Banten dari serbuan VOC dan Hindia Belanda, sehingga ketiganya (Aria Suryadiwangsa, Aria Wangsakara dan Aria Jaya Santika) kemudian dijuluki sebagai Tigaraksa (Tiga Peraksa/penjaga/pengawal).

Gelar Tigaraksa kemudian disandangkan lagi pada era kedua yaitu Aria Wangsakara dan  puteranya yaitu Aria Yudhanegara dan Aria Jaya Santika (Tigaraksa fase 2).

Posting Komentar untuk "Riwayat Raden Aria Wangsakara dan Tigaraksa - Sejarah tangereng Bagian 3"